geosurvey.co.id – Israel membalas Iran pada Sabtu (26/10/2024), sebagai balasan atas pengiriman 200 rudal balistik pada 1 Oktober.
Serangan itu dilaporkan menewaskan empat tentara Iran. Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan pihaknya menargetkan pabrik rudal dan fasilitas militer lainnya di dekat Teheran dan Iran barat pada Sabtu pagi.
Kementerian luar negeri Iran mengatakan pihaknya mempunyai tanggung jawab untuk membela diri, namun menambahkan bahwa Iran mengakui tanggung jawabnya terhadap perdamaian dan keamanan regional, sebuah pernyataan yang dipandang relatif bersifat perdamaian.
Iran mengatakan serangan 1 Oktober itu merupakan pembalasan atas pembunuhan pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh di wilayah Iran pada bulan Juli.
Pada saat itu, banyak rudal yang ditembak jatuh oleh Israel dan sekutunya, namun sejumlah kecil menghantam Israel tengah dan selatan.
Pihak berwenang Iran mengatakan situs-situs di provinsi Teheran, Khuzestan dan Ilam menjadi sasaran. Militer Iran mengklaim serangan itu berhasil dibalas, meski hanya terjadi “kerusakan terbatas” di beberapa tempat, lapor BBC.
Setelah serangan Israel, media pemerintah Iran menyiarkan gambar yang menunjukkan lalu lintas berjalan normal di beberapa kota, sementara kegiatan sekolah dan olahraga berjalan sesuai jadwal.
Militer Israel mengumumkan operasi tersebut pada hari Sabtu, tak lama setelah ledakan dilaporkan di Iran.
Juru bicara IDF Laksamana Muda Daniel Hagari mengatakan tentara telah menunjukkan kesiapannya untuk membela negara Israel.
Hagari juga memperingatkan bahwa jika Iran memulai babak baru eskalasi, Israel “akan dipaksa untuk merespons.”
Amerika Serikat dan Inggris telah mendesak Iran untuk tidak membalas setelah serangan terbaru tersebut, dan pemerintahan Presiden Joe Biden telah menyerukan diakhirinya siklus kekerasan.
Seorang pejabat senior pemerintah AS mengatakan AS telah diberitahu mengenai serangan Israel sebelumnya dan Washington tidak terlibat. AS telah meminta Israel untuk tidak menyerang infrastruktur minyak atau fasilitas nuklir Iran.
Namun, kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengeluarkan pernyataan yang mengatakan Israel memilih targetnya “sesuai dengan kepentingan nasionalnya dan tidak sesuai dengan perintah AS.”
Perdana Menteri Inggris Keir Starmer mengatakan Israel mempunyai hak untuk membela diri melawan “agresi Iran” dan meminta Iran menghindari pembalasan, dengan mengatakan Inggris akan berupaya untuk “meredakan situasi di seluruh kawasan.”
Namun Rusia dan negara-negara lain di kawasan, termasuk sekutu AS, Yordania dan Arab Saudi, menuduh Israel memperburuk konflik.