geosurvey.co.id, JAKARTA – Pengurus Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Pusat dan Daerah siap memanfaatkan akses pasar di Eropa dan berbagai negara.
Ketua Umum Kadin Indonesia Anindya Novyan Bakrie mengatakan Kadin Pusat bekerja sama dengan pimpinan Kadin Daerah untuk memastikan peluang usaha dan akses pasar yang dibuka pemerintah mempengaruhi pengusaha di daerah.
“Dan saya benar-benar melihat dengan mata kepala sendiri bahwa Pak Prabowo (Presiden Prabowo Subianto – red.) bisa berbicara tentang makro, geopolitik, dan geoekonomi dalam setiap pertemuan dengan para pemimpin dunia. Beliau selalu menekankan pada dua kata yaitu kemiskinan dan kelaparan,” kata Anin yang akrab disapa Anindya Novyan Bakrie itu dalam keterangannya, Senin (16/12/2024).
Akses pasar menjadi salah satu kunci yang perlu digunakan Indonesia dalam menghadapi ketidakpastian global. Dijelaskan Anin, dalam setiap pertemuan, Presiden tidak hanya mengangkat topik dan permasalahan penting yang dihadapi dunia, tetapi juga menekankan isu-isu tertentu yang dihadapi masyarakat Indonesia.
Presiden berbicara tentang politik luar negeri Indonesia yang bebas, efektif, dan tanpa kompromi, tetapi juga tentang kesejahteraan rakyat Indonesia, ujarnya saat sarapan pagi Kadin Diplomasi Ekonomi (KED) di Hotel Arya Duta, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa. Jumat. (13/12/2024).
Yang hadir dalam pertemuan tersebut adalah: Wakil Ketua Umum (WKU), Koordinator Luar Negeri Kadin Indonesia James T Riady, WKU Hubungan Luar Negeri Kadin Indonesia Bernardino M. Vega, pengurus Kadin Komite Tetap. dan ketua umum atau perwakilan dari Departemen Bisnis dan Perdagangan Provinsi.
Anin menjelaskan, hasil kunjungan Presiden Prabowo ke China, Amerika Serikat, Amerika Latin, dan Inggris membawa peluang bagi pengusaha Indonesia. AS dan Tiongkok terkenal dengan perang dagangnya. Eropa, Rusia dan Timur Tengah menderita masalah geopolitik. Sementara itu, Indonesia menikmati stabilitas politik. Keunggulannya adalah politik luar negeri Indonesia yang bebas dan efektif serta tidak sejalan dengan blok politik mana pun.
Dengan bantuan tersebut, Anin menyimpulkan, Indonesia punya alasan kuat untuk tetap optimis menghadapi perubahan global. “Melihat semua itu, Indonesia punya alasan untuk optimis,” tegasnya.
Anin juga menyebutkan, kerja sama perdagangan Indonesia dengan Uni Eropa (UE) sangat penting. “Kita tidak hanya memiliki lebih banyak pasar, lebih baik, tetapi UE (memiliki) 17 triliun dolar AS (nilai ekonomi). Singkatnya, 13 kali lebih besar dari kita, kata Anin.
Anin mengatakan ada tantangan praktis dengan Uni Eropa terkait isu keberlanjutan, mulai dari deforestasi hingga budidaya kelapa sawit.
Apakah mereka (UE) memilih minyak sawit berkelanjutan? Ya Apakah mereka mendukung deforestasi? Ya Tapi ya (kita harus) menemukan jalannya. Dan katanya, Presiden (Prabowo Subianto) ingin mencoba menyelesaikannya pada kuartal pertama tahun depan, jelas Anin.
Anin mengatakan kelompoknya juga sedang menggarap perdagangan ini. Kemitraan ini telah membuahkan hasil dalam hal akses pasar.
“Dan minggu lalu (dengan) Kanada (ICA CEPA), perjanjian itu ditandatangani. Apa fungsinya? Akses pasar. Kita tidak bisa berjualan kalau tidak ada pasar, misalnya. Dari apa yang saya lihat persaingan AS-China akan menjadi dua garis paralel, dua hal paralel dalam hal peningkatan teknologi. “Khususnya di bidang kecerdasan buatan (AI),” kata Anin.
“Dan ini bagus di Indonesia karena kita tidak saling memerintah dan kita selalu berteman dengan semua orang. Jadi hal-hal seperti itu bagus. Tapi persaingannya banyak,” tambahnya.
Anin juga menjelaskan, Kadin harus bersaing demi kebaikan masyarakat luas. Hal ini menunjukkan bahwa Kadin dapat bermanfaat bagi banyak orang. “Dan teman-teman di provinsi ini bisa membantu menghubungkan topik-topik yang dibicarakan di luar negeri di komunitas kita,” jelas Anin.
Dalam sambutannya, Anin menyampaikan pandangan optimisnya terhadap perekonomian Indonesia di tengah situasi dunia yang tidak menentu saat ini. Anin membandingkan keadaan Indonesia dengan negara-negara besar seperti China, Amerika Serikat (AS), dan negara-negara di kawasan Eropa.
“Kita benar-benar perlu berterima kasih, tidak hanya dalam kenyataan bahwa kita perlu berterima kasih setiap hari, tapi dibandingkan dengan Tiongkok, misalnya, negara mereka sangat besar, sangat kuat. Tapi ya, mereka tidak memiliki demokrasi seperti kita,” katanya.
Anin menyoroti permasalahan yang dihadapi negara-negara besar. Misalnya saja perbedaan politik di Amerika antara partai Republik dan Demokrat, serta perbedaan etos kerja antara negara-negara Eropa dan Asia.
“Di Eropa usianya relatif muda, cara kerjanya juga berbeda dengan di Asia. “Mau atau tidak, negara ini akan bergerak lebih dekat ke sosialisme,” katanya.
Menurut Anin, dibandingkan negara-negara berkekuatan besar, Indonesia mempunyai keunggulan dalam hal stabilitas politik dan hubungan strategis luar negeri. Hal ini membuka peluang untuk meningkatkan kesejahteraan manusia dalam menghadapi persaingan global.