geosurvey.co.id – Israel dilaporkan mulai membatasi penggunaan amunisi dan senjata lainnya oleh militernya sebagai tanggapan atas penghancuran senjata di tengah meningkatnya konflik dengan Hamas dan Hizbullah.
Pembatasan ini diberlakukan setelah pemerintah Israel mengadopsi kebijakan “ekonomi senjata yang ketat” terkait penggunaan peluru dan senjata lainnya.
Bukan hanya amunisi, militer Israel juga memberlakukan pembatasan senjata baja, setelah stok amunisi menyusut karena beberapa sekutu Israel mulai membekukan ekspor senjata ke Israel di tengah perang Gaza yang sedang berlangsung.
Menurut surat kabar Israel Haaretz yang dilansir Al Mayadeen, kebijakan tersebut dirancang untuk memastikan bahwa komandan senior memprioritaskan penggunaan senjata berdasarkan tujuan operasional mereka.
Pembatasan ini terjadi di tengah bentrokan sengit antara pasukan Israel dan Hamas di wilayah tersebut, dan kelompok Hizbullah Lebanon, yang terlibat dalam penembakan rudal, roket, dan drone. Daftar negara yang akan berhenti memasok senjata ke Israel
Dua negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), Belgia dan Italia, telah sepakat untuk menghentikan ekspor senjata, rudal perang, dan bahan peledak artileri ke Israel.
Penangguhan tersebut dilakukan bahkan setelah Mahkamah Internasional memutuskan menentang agresi Israel dan tindakan genosida yang mengakibatkan kematian akibat kekerasan, yang sebagian besar adalah anak-anak dan perempuan.
Perusahaan Jepang Itochu Corp juga melakukan hal serupa. yang mengumumkan bahwa unit penerbangannya akan mengakhiri kerja sama dengan perusahaan senjata Israel Elbit Systems Ltd. Pada akhir Februari karena perang di Gaza.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Spanyol mengatakan sejak Januari, negaranya telah berhenti menjual senjata ke Israel.
Baru-baru ini, Australia juga melaporkan telah menunda pengiriman senjata dan peralatan tempur kepada militer Israel.
Perdana Menteri Australia Anthony Albanese bahkan mulai terang-terangan mengabaikan permintaan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk menyetujui transfer senjata dan peralatan militer.
Demi alasan kemanusiaan, pemerintah Belanda ikut menghentikan ekspor suku cadang F-35 ke Israel.
Pemerintah Belanda sedang mempertimbangkan untuk mengirimkan suku cadang pesawat terbang untuk melibatkan negaranya dalam kemungkinan kejahatan, sehingga Belanda memutuskan untuk berhenti memasok senjata perang ke negara-negara Zionis.
Setelah langkah lain, pemerintah Kanada melalui Menteri Luar Negeri Melanie Joly memutuskan untuk melarang penjualan senjata ke Israel.
“Partai Demokrat Baru (NDP) menyerukan pemerintah untuk menghentikan ekspor senjata di masa depan demi keadilan dan perdamaian di Timur Tengah,” kata Al Mayadeen seperti dikutip Joly. Pasokan dari AS menjadi harapan Israel
Akibat blokade ini, persediaan amunisi Israel yang diperoleh melalui sumbangan negara-negara Barat mulai berkurang.
Jika hal ini terus terjadi, tentara Israel di Gaza bisa terancam mengalami krisis senjata dan amunisi.
Hingga saat ini Israel hanya mengandalkan senjata dari Amerika Serikat, menurut data Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), pada periode 2010-2022. memiliki 39 kontrak untuk mengirimkan senjata dari Amerika Serikat ke Israel. Nilai tertinggi. menjadi 9,8 miliar dolar AS.
Tak hanya rudal, dalam perjanjian kerja sama ini, Amerika Serikat juga mengirimkan berbagai jenis senjata untuk mendukung perang.
Ini termasuk bahan peledak, roket, kendaraan dan mesin militer, helikopter militer, serta jet tempur dan perlengkapannya.
Kedekatan yang terjalin antara Amerika Serikat dan Israel pun membuat Washington rela mengirimkan satu keluarga Spice Gliding Bomb Assemblies senilai $320 juta atau setara Rp5 triliun ke Israel.
Baru-baru ini, Amerika Serikat memerintahkan lebih banyak jet tempur untuk memperkuat A-10, F-15 dan F-16 di pangkalan Israel.
Kedekatan inilah yang menjadikan Amerika sebagai harapan Israel di tengah embargo senjata yang menjalar dari berbagai negara sekutu.
(geosurvey.co.id/ Namira Yunia)