geosurvey.co.id, JAKARTA – Harga batu bara diperkirakan akan naik hingga sisa tahun ini.
Hal ini didorong oleh rekor kenaikan impor batu bara Tiongkok pada bulan September lalu.
Oleh karena itu, batubara Newcastle naik $1,5 menjadi $148,2 per ton pada bulan Oktober, diperkirakan akan meningkat $1,5 menjadi $150,9 per ton pada bulan November 2024, dan diperkirakan akan meningkat dalam dolar AS pada bulan Desember 1,5 hingga 153,4 dolar per ton.
Sedangkan target produksi batubara Sri Lanka pada tahun 2024 sebesar 922 juta ton.
Berdasarkan laman MODI Kementerian ESDM, produksi batu bara mencapai 601,69 juta ton per 4 Oktober 2024 atau 84,75 persen dari target tahun ini.
Peningkatan produksi dan kenaikan harga batu bara belakangan ini membuat banyak perusahaan pertambangan batu bara dan perusahaan pendukung lainnya berusaha memaksimalkan kinerjanya.
Meina Wulansari Yusniar, dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lambung Mangkurat, menyarankan perlunya strategi yang efektif dalam menentukan tarif jasa angkutan batubara agar tidak terjadi kenaikan signifikan yang justru merugikan dunia usaha.
“Dengan strategi yang efektif, perusahaan dapat menetapkan harga yang lebih kompetitif atas jasanya,” ujarnya, Kamis (17/10/2024).
Menurutnya, biaya pengangkutan dan transhipment penting dalam perencanaan logistik dan transportasi untuk memperkirakan total biaya pengiriman barang, termasuk batu bara atau barang lainnya.
Berdasarkan laporan riset pasar yang dihimpun Universitas Lambung Mangkurat, beberapa komponen yang menentukan tarif angkutan batubara antara lain jarak dan rute pelayaran, dengan mempertimbangkan kondisi kapal dan pelabuhan serta kompleksitas rute tujuan.
Selain itu, karena bahan bakar merupakan komponen biaya utama dalam penyediaan layanan transportasi laut dan transhipment, fluktuasi harga minyak juga mempengaruhi biaya bahan bakar kapal, yang secara langsung mempengaruhi biaya pengiriman.
Stabilitas politik dan peraturan di negara sumber dan tujuan juga mempengaruhi biaya logistik. Konflik regional atau perubahan kebijakan impor/ekspor dapat meningkatkan risiko dan biaya. Peraturan lingkungan yang ketat juga dapat meningkatkan biaya operasional, jelasnya.
Berdasarkan survei pasar pada tahun 2024, tarif angkutan batubara di Kalimantan Timur berkisar antara Rp72.000 hingga Rp260.000 per metrik ton, Kalimantan Tengah berkisar antara Rp53.000 hingga Rp301.000 per metrik ton. ton, Sumatera Selatan Rp50.000 – 190.000 per metrik ton dan Jambi Rp130.500 – Rp250.000 per metrik ton.
Sedangkan tarif transhipment berdasarkan wilayah adalah Rp32.788 – Rp40.986 per ton untuk pelabuhan Tabonio, Rp24.591 – Rp32.788 per metrik ton untuk wilayah Sumatera, dan Rp32.788 per metrik ton untuk wilayah 40,96.
Beberapa di antaranya mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2023, ketika tahun lalu tarif angkutan batu bara di Kalimantan Timur meningkat dari Rp72.000 menjadi Rp260.000 per metrik ton, Kalimantan Tengah dari Rp50.000 menjadi Rp301.000 per metrik ton, dan Kalimantan Selatan dari Rp301.000 per metrik ton. ton. ton. metrik ton, Rp 48.000 – Rp 190.000 per metrik ton di Sumatera Selatan dan Rp 130.500 – Rp 250.000 per metrik ton di wilayah Jambi.
Sedangkan biaya transhipment berkisar Rp30.000 hingga Rp39.850 untuk Pelabuhan Taboneo, Rp23.910 – 31 rp. 880 per metrik ton di Sumatera dan 31.880 per metrik ton di Muara Beraw.
“Kenaikan harga batu bara harus didukung dengan pasokan yang cukup,” ujarnya.