Untuk menurunkan angka kejadian stunting, orang tua di Kudus bisa diajarkan tentang makanan bergizi
Willem Jonata / geosurvey.co.id
geosurvey.co.id – Kondisi gizi yang buruk dapat mempengaruhi kesehatan dan kecerdasan anak di masa depan.
Sebagai faktor penentu kesehatan anak, orang tua harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang makanan bergizi, cara pengolahan dan aturan makan.
Berdasarkan kesadaran tersebut, Milklife Healthy Family Festival 2024 akan digelar di Alun-Alun Simpang Tujuh, Kudus, 7-8. Desember 2024.
Talkshow dan edukasi layanan kesehatan keluarga dengan tema “Cegah stunting sebelum menjadi kritis” juga digelar dalam acara kolaborasi Dinas Sosial Djarum Foundation dan Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus.
Tema “Cegah stunting sebelum menjadi kritis” merupakan bentuk ajakan kepada seluruh elemen masyarakat Kudus untuk bahu membahu mencegah bahaya stunting.
Ribuan masyarakat mulai dari remaja putri, pasangan usia subur, calon pengantin, ibu hamil, ibu panti jompo, hingga ibu yang memiliki anak kecil pun turut serta.
Penjabat (Pj) Bupati Kudus Muhammad Hasan Chabibie mengatakan, peran masyarakat khususnya orang tua sangat krusial dalam mencegah stunting.
“Acara ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya peran orang tua dalam memerangi stunting,” ujarnya.
Menurutnya kebutuhan gizi dapat mempengaruhi kesehatan dan kecerdasan anak di kemudian hari.
“Kami berharap bersama-sama kita bisa mempersiapkan Indonesia emas dengan menekan angka kejadian stunting sesedikit mungkin,” kata Muhammad Hasan Chabibie.
Wakil Direktur Program Djarum Foundation Bidang Pelayanan Sosial Achmad Budiharto mengatakan, acara ini merupakan salah satu cara untuk meningkatkan dan memperluas kesadaran akan pencegahan stunting.
“Kami menyadari angka prevalensi yang luar biasa di Kudus cukup tinggi dan sulit untuk diturunkan. Salah satu penyebabnya adalah masih kurangnya pemahaman masyarakat terhadap bahaya dan risiko yang menimpa anak-anaknya. “Melalui kegiatan ini kami ingin memberikan edukasi, pengobatan. dan pencegahan stunting kepada masyarakat agar lebih sadar akan bahaya gizi buruk,” kata Budiharto.
Pihaknya telah menginisiasi beberapa program pencegahan stunting sejak tahun 2018 melalui Gerakan Mempertahankan Masa Emas (GEMAS) yang menyasar ibu-ibu pekerja di angkatan kerja perusahaan.
Sejak saat itu, program ini telah memantau kehamilan 5.476 ibu, tumbuh kembang 8.339 bayi (balita), dan fasilitasi pemberian ASI bagi 4.715 ibu menyusui.
Tercatat pada September 2024, angka kejadian stunting di perusahaan tersebut turun menjadi 7,5 persen, dari semula 18 persen.
Selain itu, Budiharto juga menyampaikan beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah stunting, yaitu Stimulasi, Deteksi, Intervensi Tumbuh Kembang Dini (SDIDTK).
Inilah perkembangan perkembangan pada lima tahun pertama kehidupan seorang anak. SDIDTK merupakan tindakan memantau tumbuh kembang bayi agar berkembang secara optimal.
“Selain SDIDTK, vaksinasi wajib bagi bayi, vaksinasi bagi calon pengantin, skrining triple eliminasi, kegiatan edukasi terkait stunting, juga kondisi psikologis ibu hamil dan menyusui sangat penting untuk dipantau. “Kami akan bersama posyandu/PKK dan Puskesmas tersebar di Kabupaten Kudus, Kelompok PAUD Kabupaten Kudus, serta seluruh Satker Kelompok Djarum untuk mengurangi angka gizi buruk di Indonesia,” ujar Budiharto.
Manajer Promosi Lapangan Milklife Danang Adityo Pramandaru berharap dengan diadakannya Milklife Healthy Family Festival tahun 2024 di Kabupaten Kudus, seluruh masyarakat semakin sadar akan bahaya yang mengancam anak-anak penderita gizi buruk.
Harapannya, masyarakat Kabupaten Kudus lebih memperhatikan gizi dan kebutuhan gizi anak, khususnya pada seribu hari pertama kehidupan.
“Sasaran acara ini tidak hanya ibu hamil, ibu menyusui, dan anak kecil saja, tapi juga remaja putri dan pasangan usia subur, karena merekalah calon orang tua yang bertanggung jawab atas kecukupan gizi anaknya. Milklife Healthy Family Festival 2024 tidak dipungut biaya dan terbuka untuk umum “Di sini kami menyediakan stand layanan kesehatan bagi ibu hamil dan panti jompo, serta taman bermain yang dapat diakses langsung oleh pengunjung,” kata Danang.
Sementara itu, salah satu ibu hamil warga Desa Jetak, Kedungdowo, Fitria Setya Permana mengaku merasa sangat terbantu dengan berbagai fasilitas yang diberikan secara gratis, seperti pemeriksaan USG (USG) dan pemeriksaan hemoglobin (HB).
Fitria juga mengatakan, pengetahuan pendidikan gizi sangat penting untuk diketahui ibu hamil sebelum anak dilahirkan.
Menurut Fitria yang kini memasuki usia kehamilan 15 minggu, besar kemungkinan terjadinya gizi buruk pada anak karena ketidaktahuan ibu dan pengasuh utama terhadap kebutuhan gizi anak sejak dini.
Jika terjadi terus menerus, kondisi anak stunting bisa semakin parah, karena tubuhnya tidak memiliki imunitas yang kuat untuk mencegah penyakit yang datang.
Ia bersyukur atas kegiatan ini. Ia mengaku banyak mendapat informasi mengenai asupan gizi makanan pendamping ASI (MPASI).
Apalagi ia harus mengutamakan protein hewani dibandingkan serat, sayur-sayuran, dan buah-buahan untuk MPASI.
“Saya juga mendapat pengetahuan baru tentang memasak MPASI, aturan makan, dan cara menyimpan bahan makanan. Dari sudut pandang ibu hamil, saya juga disarankan untuk makan makanan bergizi dan minum susu. Nanti saya juga berbagi ilmu ini dengan anggota keluarga di rumah. , agar mereka juga “paham tentang bahaya stunting dan pencegahannya,” kata Fitria.