geosurvey.co.id, JAKARTA – Kesepian menjadi masalah serius yang dialami para lansia. Sayangnya, kesepian yang dialami para lansia tidak diterima oleh generasi muda.
Sebagian generasi muda berpendapat bahwa memenuhi kebutuhan fisik dan materi orang tuanya saja sudah cukup. Namun, kata pakar kesehatan jiwa Dr. Arundhati Nugrahaning Aji, Sp.KJ. Subsp Ger(K) Menyebabkan kesepian lebih dari yang diperkirakan.
“Bukan hanya isolasi fisik sehingga harus tetap di tempat tidur, tapi juga kesepian yang timbul karena tidak melakukan kontak sosial dengan orang-orang di sekitar,” ujarnya dalam acara Kemencast #99 Bahaya Single Parenting di YouTube Kementerian Kesehatan. saluran , Rabu (9/10/2024).
Lalu apa sebenarnya yang menyebabkan orang lanjut usia merasa kesepian?
Ada beberapa alasan, kata Dr. Arundhati. Pertama, adanya budaya individu tertentu. Dr Arundhati mengatakan bahwa di Indonesia, dari sudut pandang budaya, hal ini sangat membantu. Budaya kerjasama dan kolaborasi perusahaan masih cukup kuat.
Namun, ada pula masyarakat yang mempraktikkan budayanya di luar negeri. “Jadi, ya, secara budaya, solidaritas membantu menghindari kesepian, sehingga individu mungkin lebih rentan, tapi itu adalah salah satu faktornya,” jelasnya.
Faktor kedua adalah usia. Dr Arundhati mengatakan sebuah penelitian memperkirakan prevalensi kesepian di dunia. Akibatnya, orang lanjut usia mempunyai risiko paling tinggi mengalami kesepian.
“Jadi kalau dibandingkan anak-anak, remaja, dewasa muda, dewasa paruh baya, dan dewasa tua, maka lansialah yang paling tinggi angkanya,” lanjutnya.
Faktanya, menurut penelitian ini, prevalensinya mencapai 24-25%, dan seiring bertambahnya usia, mereka memasuki masa pensiun. Keadaan ini mungkin memicu perasaan kesepian pada orang tua.
Cakupan masyarakat juga mulai menurun. Oleh karena itu, sebagian besar lansia ada di rumah. Di rumah, bahkan anak-anak yang lebih besar pun sudah dewasa dan mempunyai kehidupan sendiri yang sibuk. Di sisi lain, kondisi keuangan para lansia tidak semulus saat mereka aktif.
Beberapa kondisi yang disebutkan di atas mungkin berkaitan dengan risiko kesepian pada lansia. Meski lansia tidak menderita penyakit serius, perubahan fisik dapat dicegah.
“Oh, lututnya sakit, dan butuh banyak usaha untuk keluar. Atau, misalnya, mereka tidak bisa berjalan, tidak bisa mendengar dengan baik. Ujung-ujungnya menghambat kemampuan mereka untuk berhubungan dengan orang lain,” ujarnya. menyimpulkan.