Hal ini diberitakan oleh koresponden geosurvey.co.id, Namira Yunia.
geosurvey.co.id, WASHINGTON – Bank sentral AS, yang dikenal sebagai Federal Reserve (Fed), diperkirakan akan mengurangi kebijakan agresifnya dengan memangkas suku bunga hanya seperempat poin pada pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC). akan berlangsung pada 6-7 November 2024.
Perkiraan tersebut sejalan dengan konsensus pasar bahwa Federal Reserve AS akan memangkas suku bunga sebesar 25 bps. pada pertemuan FOMC mendatang.
Angka tersebut turun dibandingkan pemotongan bulan sebelumnya, ketika The Fed memangkas suku bunga acuannya sebesar 50 bps.
Penurunan suku bunga bulan ini tidak agresif karena dampak dari laporan pekerjaan AS yang lesu pada bulan Oktober, menurut Reuters.
Jumlah upah nonpertanian (nonfarm payrolls) meningkat hanya 12.000 pada bulan lalu, lebih rendah dari perkiraan sebelumnya, sementara tingkat pengangguran tetap stabil di 4,1 persen, menurut Biro Statistik Tenaga Kerja AS.
Laporan yang mengecewakan ini memberikan bukti lebih lanjut bahwa pasar tenaga kerja masih belum pulih dari tingkat overheating yang terjadi beberapa tahun lalu.
Alasan ini membuat pasar berpikir bahwa pejabat Fed akan menurunkan suku bunga ke level rendah hanya untuk menurunkan inflasi.
“Ini adalah laporan ketenagakerjaan yang sangat membingungkan untuk bulan Oktober. Data ini sangat terdistorsi oleh dampak Badai Helen dan Milton, serta serangan Boeing,” jelas perusahaan strategi dan investasi Jeffries.
Selain itu, kemungkinan besar The Fed akan terus memangkas suku bunga hingga akhir tahun 2024.
Investor memperkirakan penurunan suku bunga yang lebih agresif sekitar 70 basis poin akan disetujui oleh The Fed pada pertemuan bulan November dan Desember.
Kemudian, pada awal tahun 2026, suku bunga diperkirakan turun menjadi 2,9 persen atau dipotong sebesar 50 basis poin, yang mencerminkan perbedaan pandangan dan kebijakan.
Reaksi pasar
Menanggapi kekhawatiran The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25bp. Sebagian besar saham AS di Wall Street berakhir lebih tinggi pada akhir pekan ini.
Mengutip data Reuters, Dow Jones Industrial Average turun 288,73 poin atau 0,69 persen menjadi 42.052,19, disusul S&P 500 naik 23,35 poin atau 0,41 persen menjadi 5.728,80, dan Indeks Komposit Nasdaq menguat 7,84 persen. 18.239.92.
Berbeda dengan reli di Wall Street, saham Asia justru mencatatkan laporan merah.
Di Jepang, indeks Nikkei 225 turun lebih dari 2 persen pada awal perdagangan dan indeks saham Topix turun 1,4 persen.
Di Korea Selatan, indeks saham Kospi melemah 0,45 persen dan indeks Kosdaq melemah 1,30 persen.
Indeks saham Hang Seng Hong Kong juga mengalami penurunan serupa, turun ke 20.432. Sementara itu di Australia, indeks S&P/ASX 200 mulai diperdagangkan 1 persen lebih rendah.