geosurvey.co.id, Jakarta – Transisi menuju energi bersih kini menjadi sebuah tantangan.
Untuk menjawab pertanyaan ini, Eletise Connect 2024 akan menjadi platform utama untuk menampilkan solusi baru.
Dirancang dengan tema “Beyond Electricity, Empower the Future”, acara ini tidak hanya memamerkan teknologi mutakhir, namun juga merupakan pertemuan global untuk mempercepat penggunaan energi terbarukan (EBT) dan mencapai Net Zero Emissions (NZE) pada tahun 2060.
Arsyadany G. Akmalaputri, Ketua Panitia Electricity Connect 2024, menekankan pentingnya teknologi dalam mempercepat transisi energi bersih.
Menurutnya, inovasi seperti penggunaan perangkat elektronik, penggunaan kendaraan listrik, dan solusi berbasis Internet of Things (IoT) untuk rumah dan kantor masa depan akan dipamerkan pada acara tersebut.
Arsyadanny pada Selasa (19 November 2024) mengatakan, “Teknologi ini terbukti tidak hanya baru tetapi juga cocok untuk mempercepat transisi energi Indonesia dan mencapai masa depan yang berkelanjutan.”
Nur Yulianto, mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), mengapresiasi upaya tersebut.
Ia mengatakan, rangkaian perubahan energi ini bukan hanya merupakan hal baru, tetapi juga merupakan rencana untuk mengurangi ketergantungan terhadap energi.
“Kita masih mengandalkan impor untuk sebagian besar energi terbarukan kita. Ini merupakan tantangan serius yang harus diatasi dengan langkah nyata agar transisi ke energi terbarukan dapat terjadi dengan cepat,” tegasnya. “
Ia juga menekankan pentingnya percepatan penggunaan energi terbarukan agar Indonesia tidak hanya dapat mencapai tujuan NZE, tetapi juga membangun energi dan perekonomian yang lebih stabil dan berkelanjutan.
“Sebagai mahasiswa, kami sangat mendukung inisiatif ini dan berharap dapat mempercepatnya dengan lebih baik lagi,” imbuhnya.
Tiga poin utama
Sementara itu, Daniel Murdiyarso, Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI), mengatakan percepatan transisi menuju energi ramah lingkungan harus fokus pada tiga bidang utama, yaitu transportasi, pembangkit listrik, dan pembangunan.
“Khususnya di Indonesia yang produksi listriknya sangat bergantung pada batu bara, ini merupakan tantangan besar yang harus diselesaikan bersama,” ujarnya.
Selain itu, industri transportasi yang masih didominasi kendaraan berbahan bakar minyak juga mengkhawatirkan.
Daniel menekankan, kerja sama antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat penting untuk mendorong pengembangan teknologi yang lebih ramah lingkungan di sektor energi.
Temukan peluang kolaboratif untuk solusi kolaboratif
Electronics Connect 2024 akan diadakan pada tanggal 20 hingga 22 November di Jakarta Convention Center (JCC) di Jakarta Pusat dan diharapkan dapat menarik lebih dari 500 peserta pameran dan 15.000 pengunjung dari berbagai industri.
Acara ini akan memberikan kesempatan bagi pemerintah, industri, dan akademisi untuk berinteraksi dan bekerja sama untuk menemukan solusi bersama terhadap tantangan energi dunia.
Salah satu topik utamanya adalah konferensi yang menghadirkan pembicara ternama seperti Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia, Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo dan Wakil Ketua Korean Smart Grid Association. Jang Jae-won. Mereka akan berbagi informasi mengenai strategi dan peluang penerapan transisi energi ramah lingkungan.
Selain itu, beberapa perusahaan dan akademisi internasional juga berpartisipasi dalam diskusi mengenai perkembangan teknologi dan kebijakan yang mendukung realisasi tujuan NZE.
Harapannya, diskusi ini akan memberi Indonesia strategi yang kuat untuk memanfaatkan peluang transisi energi dunia.