geosurvey.co.id – Kapolda Sulawesi Selatan Irjen Paul Yudhiawan Wibisono membeberkan jadwal pembuatan uang palsu di kampus UIN Alauddin Makassar.
Judy mengatakan, produksi uang palsu di UIN Alauddin Makassar dimulai pada Juni 2010.
Jadi menurut hasil wawancara pertama, waktu pembuatan uang palsu itu dimulai pada Juni 2010. Sudah lama sekali, kata Judy dalam jumpa pers hari ini, Kamis (19/12/2024).
Selain itu, Yudhi mengatakan hal itu pada 2011-12 Pada tahun 2010, tersangka mencalonkan diri sebagai Wali Kota Makassar, namun tidak berhasil meraih kursi tersebut.
Kemudian, hingga Juni 2022, para tersangka melaksanakan rencana pengembangan dan penelitian lebih lanjut mengenai produksi uang palsu tersebut, hal tersebut berlanjut hingga Juli 2022.
Kemudian pada 2011-2012, kami juga sempat melantik Wali Kota Makassar, tapi jabatannya belum kami dapatkan. Sampai Juni 2022 direncanakan lagi.
“Juli 2022 kita lagi perencanaan, berkreasi dan belajar lagi. Jadi kalau dilihat saat ini, perencanaan produksi ini tahun 2022. Tahun 2010 masih dalam tahap perkenalan,” jelas Judhi.
Kemudian pada Oktober 2022, mereka akan mulai membeli mesin cetak uang palsu dan memesan kertas.
Yudhi mengatakan, pada Mei 2024, para tersangka kembali membuat uang palsu.
Uang palsu ini pun mereka viralkan melalui grup WhatsApp sejak Juni 2024.
Judy menambahkan, pada September 2024 terjadi permasalahan uang palsu senilai Rp 40 juta yang rusak.
Tersangka kemudian membakar uang rusak tersebut.
“Kemudian bulan Oktober 2022 kami mulai membeli alat percetakan dan pemesanan kertas. Dan bulan Mei 2024 produksi dimulai. Lalu sekitar bulan Juni 2024 kami bertemu dengan mereka.”
“Kemudian juga terjadi kolaborasi silang bagaimana prosesnya dan diviralkan melalui grup WhatsApp, sehingga akan dirilis ke grup tersebut. Kemudian sekitar bulan September 2024, akan berkomunikasi dengan AI yang ada di perangkat.”
Mulai membuat uang palsu di TKP berikutnya, TKP 2. Lalu ada masalah serah terima, ada yang rusak yakni senilai Rp 40 juta, itu uang kertas biasa, semuanya dibakar, jelasnya. Yudhi.
Kemudian, pada Minggu kedua bulan November 2024, para tersangka kembali mengedarkan uang palsu yang kembali mereka produksi.
Harganya Rp 150 juta, Rp.
Kemudian pada minggu kedua bulan November 2024, setelah mengedarkan uang palsu senilai Rp150 juta, ia juga mengedarkan uang palsu senilai Rp250 juta, dan sehari terakhir sebelum ditangkap, ia mengedarkan uang palsu senilai Rp200 juta dan berhenti. operasinya karena tahu polisi sedang menyelidiki,” kata Yudjis. Sudah ada uang palsu miliaran yang beredar.
Pabrik uang palsu ini diterbitkan di Perpustakaan Syekh Yusuf Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Kampus II Makassar, Sulawesi Selatan.
Polisi menemukan total uang palsu yang dicetak di perpustakaan ini sekitar Rp 2 miliar.
Rp. Sisanya 446 juta diambil dari UIN Kampus II yang diduga tempat percetakan.
Berdasarkan informasi yang terungkap polisi selama ini, sebagian uang tersebut telah tersebar di beberapa kabupaten di Sulawesi Selatan, antara lain Kabupaten Gowa dan Kabupaten Wajo, serta Sulawesi Barat (Sulbar) yakni Kabupaten Mamuju. . .
Awal mula kasus ini terungkap ketika salah satu pelaku ditangkap di Kecamatan Pallangga.
Kapolsek Gova AKBP Reonald Simanjuntak mengatakan, pelaku melakukan transaksi dengan uang palsu senilai Rp 500 ribu.
“Sebelumnya di Pallang transaksi Rp 500 ribu menggunakan uang palsu,” kata AKBP Reonald Simanjuntak di Mapolres Gowa, Jalan Samsuddin Tunru, Kecamatan Somba Opu, Gowa, Sulawesi Selatan, Senin (16/12/2024) malam.
Atas penangkapan tersangka tersebut, polisi melakukan serangkaian penyelidikan dan pengembangan.
Hasilnya, polisi menemukan sejumlah barang bukti di II UIN Alauddin Makassar Jl HM Yasin Limpo Kotapraja di Kecamatan Somba Opu, Gowa, Sulawesi Selatan. Melibatkan bank-bank BUMN dalam pengungkapan kasus tersebut
Polres Gowa melibatkan bank dalam pembobolan kasus uang palsu di UIN Alauddin, Makassar.
Yakni Bank Indonesia (BI), Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan Bank Negara Indonesia (BNI).
Selain BI, BRI dan BNI, Polres Goa juga memiliki Laboratorium atau Laboratorium Investigasi Forensik.
“Kami juga meminta bantuan Rektor CIT Alauddin Makassar. Kami melakukannya berdasarkan penyelidikan bersama,” tambah AKBP Reonald Simanjuntak.
Penelitian ini menggunakan teknologi atau penelitian ilmiah.
Total, polisi mengumpulkan 100 jenis barang bukti.
(geosurvey.co.id/Faryyanida Putwiliani/Hasanudin Aco)