geosurvey.co.id, Jakarta – Temuan penelitian menunjukkan bahwa organisasi yang berhasil dalam lingkungan dinamis adalah organisasi yang menerapkan strategi ambidextrous (agile) yang mampu mengatasi berbagai tantangan.
Tantangan yang dibahas menyangkut tahap eksplorasi (berupa kapabilitas dinamis) dan tahap pengembangan (termasuk keunggulan operasional).
Saat ini, tidak semua pemimpin, terutama manajer menengah, mengetahui cara mengembangkan kepemimpinan ambidextrous dan mempraktikkannya sesuai kewenangannya.
“Pemimpin yang ambidextrous perlu memainkan tiga peran, yaitu wirausaha, pemimpin, dan manajer,” kata Atok R Aryanto, Direktur Kepemimpinan Kubik, dalam acara pelatihan kepemimpinan ambidextrous yang berlangsung selama dua hari baru-baru ini di Jakarta.
Organisasi ambidextrous, katanya, mengacu pada kemampuan organisasi untuk mengelola dua aspek utama yang kontras secara seimbang, yang satu adalah eksploitasi dan yang lainnya adalah eksplorasi.
Atok menjelaskan, wirausahawan selalu bersemangat menemukan dan menangkap peluang baru, berpikir ke depan, dan berani mengambil risiko moderat.
Pada saat yang sama, seorang pemimpin dapat mengelola perubahan dan mampu memobilisasi anggota tim sehingga dapat melahirkan pemimpin-pemimpin baru di antara anggota tim.
Beliau adalah manajer yang mampu mengoptimalkan aktivitas operasional dan mengelola sumber daya secara efektif, tambah Jamil Azzaini, salah satu pendiri Kubik Leadership.
Turut diundang dalam acara diskusi ini Fauzi Rachmanto, Direktur Pembinaan Kubik, yang memaparkan proses transformasi organisasi.
Ia mengatakan meskipun ada perubahan dalam proses bisnis dan peningkatan teknologi, transformasi organisasi tidak selalu berhasil.
Menurutnya, hal ini terjadi karena proses transformasi yang dilakukan melupakan faktor ketiga, yakni people, dan untuk mengubah people harus dimulai dari pimpinan organisasi.
|Fauzi Rachmanto juga menjelaskan bahwa ada 3 hal dalam proses kepemimpinan ambidextrous, yaitu meningkatkan fleksibilitas peralihan, menunjukkan perilaku terbuka dan memastikan perilaku tertutup.
Diskusi kepemimpinan diakhiri dengan kegiatan untuk melengkapi alat Ambidextrous Leader Canvas, yang melatih peserta untuk menerapkan dualitas eksplorasi dan eksploitasi dalam konteks kerja untuk diri mereka sendiri dan tim mereka.