Tribune News.com – Presiden Amerika Serikat yang baru terpilih, Donald Trump, mengeluarkan peringatan keras kepada negara-negara anggota BRICS.
Dalam postingan di media sosial Satya, Sabtu (30/11/2024), ia menegaskan ancamannya akan mengenakan tarif 100 persen jika negara-negara tersebut mencoba mengganti mata uang AS dengan mata uang lain.
Menurut Bloomberg dan CNN, ancaman suku bunga 100 persen merupakan langkah untuk menjaga kekuatan dolar AS sebagai mata uang cadangan dunia.
Trump jelas-jelas mengancam negara-negara BRICS yang ingin memblokir mata uang AS.
Dalam pidatonya, Trump menekankan bahwa setiap upaya negara-negara BRICS untuk menciptakan mata uang baru akan mendapat respons yang kuat dari pemerintahannya.
“Kami meminta komitmen negara-negara ini untuk tidak menciptakan mata uang BRICS baru atau mendukung mata uang lain yang menggantikan kekuatan dolar AS,” kata Trump.
Dengan latar belakang kondisi politik dan ekonomi yang sulit, masa depan mata uang ini sebagai mata uang utama di pasar internasional tidak dapat dianggap remeh.
Kekuatan sistem pendukung mata uang dan respon negara lain terhadap kebijakan Trump akan menentukan arah hubungan perdagangan internasional di masa depan. Dilarisasi
Ancaman ini muncul di tengah diskusi panas mengenai dedolarisasi di antara negara-negara BRICS.
Pertemuan BRICS pada tahun 2023 menunjukkan meningkatnya penolakan pemerintah terhadap mata uang tersebut, terutama setelah sanksi AS terhadap Rusia.
Meskipun beberapa mata uang lain seperti yuan Tiongkok mungkin mulai melemah, dolar AS akan tetap kuat sebagai mata uang global.
Sistem tanggung jawab terbatas yang mendukung pendanaan juga menawarkan manfaat yang signifikan.
Pada pertemuan BRICS di Kazan pada bulan Oktober, para peserta didorong untuk menggunakan dolar AS atau euro.
Hal ini menunjukkan bahwa mata uang lain tidak mampu menggantikan uang dalam banyak fungsinya.
Ancaman Trump mendapat reaksi balik.
Misalnya, Tiongkok mungkin mempertimbangkan untuk membiarkan yuan terdepresiasi sebesar 10-15 persen sebagai tindakan balasan terhadap kebijakan perdagangan yang lebih ketat yang diterapkan oleh Trump.
Menurut JPMorgan Chase, pasar negara berkembang akan mengalami depresiasi rata-rata sekitar 5 persen pada paruh pertama tahun 2025.
Bahkan sebelum pelantikannya, presiden terpilih tersebut telah mengancam akan mengenakan tarif lebih tinggi jika ia tidak bertindak agresif terhadap masalah narkoba dan imigrasi ilegal dari negara tetangga seperti Kanada dan Meksiko.
Dengan berkembangnya retorika tersebut, masa depan dolar AS sebagai mata uang cadangan dunia dipertanyakan.
Namun, Trump tetap melanjutkan.
Dalam wawancara dengan CNBC pada Maret lalu, dia mengatakan, “Saya tidak akan membiarkan negara (negara lain) menarik uang karena akan merugikan negara kita.”
(TribuneNews.com, Andari Wulan Nugrahani)