geosurvey.co.id, WASHINGTON – Sempat terancam bangkrut, Tupperware, perusahaan wadah makanan ternama AS, mulai pulih setelah diadili di Wilmington, Delaware setuju untuk menyelamatkan perusahaan tersebut.
Berdasarkan kesepakatan tersebut, Hakim Komisi Sekuritas dan Bursa AS Brendan Shannon memberi Tupperware opsi untuk menjual nama merek dan aset utamanya kepada sekelompok kreditor.
Merujuk Reuters, kelompok yang memberikan kredit untuk akuisisi Tupperware adalah Stonehill Capital Management Partners dan Alden Global Capital.
Dalam perjanjian ini tidak hanya Tupperware saja yang dibeli, namun nantinya Stonehill Capital Management Partners dan Alden Global Capital juga mengakuisisi nama merek Tupperware beserta asetnya di pasar Kanada, Meksiko, Brazil, China, Korea, India, dan Malaysia.
Perjanjian pembelian tersebut juga mengharuskan Tupperware untuk go private, didukung oleh sekelompok pemberi pinjaman pembelian termasuk manajer dana lindung nilai Stonehill Capital Management dan Alden Global Capital.
Dengan begitu, pengadilan AS berharap Tupperware bisa kembali berbisnis dan menyelamatkan hubungan dan layanan pelanggan dari ancaman eksekusi massal, setelah perusahaan wadah makanan ternama Amerika ini terlilit utang yang semakin terancam bangkrut. .
Perjalanan Bisnis Tupperware
Tupperware adalah merek wadah makanan dan perlengkapan rumah tangga yang diciptakan oleh seorang insinyur kimia bernama Earl Tupper pada tahun 1946 di Amerika Serikat.
Earl Tupper, yang telah berkecimpung dalam industri plastik selama bertahun-tahun. Telah ditemukan metode yang berhasil untuk mengubah butiran polietilen hitam menjadi plastik yang fleksibel, kuat, bebas lemak, transparan, aman, ringan, dan tidak berbau.
Inovasi ini digagas oleh Earl Tupper untuk mengurangi sampah plastik, karena merek Tupperware dirancang untuk dapat digunakan kembali berulang kali sehingga mengurangi penggunaan plastik sekali pakai yang berkontribusi terhadap kerusakan lingkungan.
Dengan keunggulan tersebut, hanya sedikit ibu-ibu yang memilih menggunakan Tupperware, popularitasnya pun meledak, bahkan menjadikan Tupperware begitu berharga sehingga bertahun-tahun lalu dikabarkan bahwa jika pemiliknya membutuhkan sumber baru, produk ini bisa digadaikan.
Namun pada tahun 2022, produk penyimpanan makanan yang telah mendominasi pasar dunia selama 77 tahun perlahan mulai kehilangan daya tariknya di mata konsumen muda.
Konsumen menilai produk Tupperware kurang modis dibandingkan merek lain seperti Smigle atau Corkcicle. Alasan ini menyebabkan Tupperware kehilangan pangsa pasar.
Akibat pengurangan tersebut, perusahaan membukukan kerugian operasional sebesar $28,4 juta pada tahun 2022, turun dari sekitar $152,2 juta. Jadi penjualan bersih tahun lalu saja membukukan laba sebesar $1,31 miliar.
Perusahaan telah mempertimbangkan langkah-langkah operasional selama beberapa waktu, termasuk PHK dan peninjauan kembali portofolio real estate perusahaan, guna menghindari peningkatan kerugian akibat utang yang menumpuk hingga 700 juta dolar atau sekitar 10,85 triliun.