geosurvey.co.id – Militer Israel (IDF) merilis video yang menunjukkan momen-momen terakhir sebelum pembunuhan pemimpin politik Hamas Yahya Sinwar.
Video tersebut memperlihatkan Yahya Sinwar, yang wajahnya ditutupi keffiyeh, bentrok dengan tentara pendudukan Israel di dalam sebuah rumah.
Dia melihat ke luar jendela sebelum rumahnya menjadi sasaran peluru di lingkungan Tal al-Sultan sebelah barat kota Rafah di Gaza selatan pada Rabu (16 Oktober 2024). Video Yahya Sinwar di terowongan
Dalam postingan lain di media sosial X, IDF mengunggah video Yahya Sinwar di terowongan bersama istri dan anak-anaknya.
IDF mengklaim video tersebut mendokumentasikan aktivitas Yahya Sinwar pada 6 Oktober 2023, sehari sebelum gerakan Hamas melancarkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada 7 Oktober 2023.
Yahya Sinwar terlihat berjalan melewati terowongan dan memindahkan sejumlah benda.
“Kami telah menemukan terowongan tempat persembunyian Yahya Sinwar,” kata juru bicara IDF Daniel Hagari dalam video yang dipublikasikan IDF, Sabtu (19 Oktober 2024).
Daniel Hagari mengklaim Yahya Sinwar pindah dari Khan Younis ke Rafah.
“Dia menghabiskan sebagian besar waktunya bersembunyi di bawah tanah di daerah antara Khan Yunis dan Rafah, dan pasukan kami di daerah Khan Yunis menyarankan dia untuk melarikan diri ke daerah Tal al-Sultan di Rafah,” katanya.
Seperti diberitakan Al Jazeera, “Ketika kami membunuh Yahya Sinwar, dia tidak memiliki sandera. Selama perang, pergerakannya berlanjut antara Khan Younis dan Rafah.” Pembunuhan Yahya Sinwar
Angkatan Bersenjata Israel (IDF) pada Kamis (17 Oktober 2024) malam mengumumkan telah membunuh Yahya Sinwar, target utama dan diyakini sebagai dalang operasi banjir Al-Aqsa.
Sekitar pukul 10.00 pada Rabu (16/10/2024), tentara Israel dari Batalyon 410 menyaksikan seseorang masuk dan keluar rumah di lingkungan Tal al-Sultan di Rafah, selatan Jalur Gaza.
Belakangan, unit infanteri Israel mulai bergerak menuju lokasi tersebut karena dicurigai terdapat orang-orang bersenjata.
Sekitar pukul 15.00 di hari yang sama, terlihat tiga orang mencurigakan datang dan pergi dari satu rumah ke rumah lainnya.
Tentara Israel menyadari bahwa mereka bersenjata dan melepaskan tembakan ke rumah tersebut.
Salah satunya, diyakini Yahya Sinwar, maju.
Seorang pemimpin peleton Israel dari Batalyon 450 memasuki gedung, memicu bentrokan dan melemparkan dua bom ke Yahya Sinwar dan rekan-rekannya, sehingga memutus komunikasi.
Sementara itu, seorang tentara Israel yang mengoperasikan drone memasuki gedung dan merekam seorang pria yang duduk di kursi dengan wajah ditutupi keffiyeh dan tangannya terluka.
Pria tersebut, yang diidentifikasi sebagai Yahya Sinwar, mencoba melemparkan tongkat kayu ke drone Israel sebelum dia terbunuh.
Berdasarkan laporan Al-Masri Al-Youm, pasukan Israel melakukan penggeledahan di gedung tersebut pada Kamis (17 Oktober 2024) pagi, dan salah satunya menemukan mayat mirip Yahya Sinwar.
Beberapa bagian tubuh Yahya Sinwar (termasuk rambut dari janggutnya dan jari yang terputus) dipindahkan ke Departemen Forensik Kepolisian Israel, dan IDF mengonfirmasi bahwa hasil tes materi genetiknya, yang dimiliki Israel pada saat itu, diumumkan kepada konsisten dengan data. Sinwar dipenjara.
Yahya Sinwar diangkat menjadi direktur politik Hamas pada 6 Agustus 2024, menggantikan Ismail Haniyeh yang dikabarkan dibunuh Israel dalam ledakan di Teheran, Iran, pada 31 Juli 2024. Kerusakan di Jalur Gaza
Saat ini Israel masih melanjutkan agresinya di Jalur Gaza dengan dukungan Amerika dan banyak negara Eropa, dan sejak Sabtu (7/10) jumlah korban tewas warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 42.519 orang, dengan 90.000 orang tewas luka-luka. /2023) hingga Minggu (20 Oktober 2024), 1.147 orang tewas di wilayah Israel, dikutip Wafa Palestina.
Sebelumnya, Israel mulai menembaki Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina Hamas melancarkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (10 Juli 2023) untuk melawan pendudukan Israel di Al-Aqsa dan kekerasan yang dilakukannya sejak tahun 1948.
Israel mengklaim 101 sandera, baik hidup maupun mati, ditahan oleh Hamas di Jalur Gaza, menyusul pertukaran 105 sandera dan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.
(geosurvey.co.id/Unita Ramayanti)
Berita lainnya terkait konflik Palestina-Israel