geosurvey.co.id, JAKARTA – Posisi Presiden ke-7 Joko Widodo (Jokowi) sebagai kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) semakin jelas setelah partai tersebut memecat Effendi Simbolon, salah satu kadernya dan membubarkan partai. peringatan.
Pertanyaannya kini, apakah Jokowi akan mengikuti nasib Effendi Simbolon yang didepak dari partai?
Detail tersebut mencuat setelah diketahui Effendi Simbolon memberikan dukungan kepada pasangan terpilih Ridwan Kamil – Suswono di Pilkada Jakarta 2024, berbeda dengan keputusan pemerintah PDIP yang memilih Pramono Anung – Rano Karno.
Hal serupa juga dilakukan Jokowi saat mendukung dua calon lainnya di Pilpres 2024, meski PDIP sudah mengambil keputusan pemerintah untuk mendukung jalur Ganjar Pranowo – Mahfud MD.
Kasus tersebut menimbulkan pertanyaan penting mengenai hubungan Jokowi dengan PDIP.
Lantas bagaimana posisi Jokowi di PDIP saat ini?
Akankah Jokowi mendapat hukuman yang sama seperti Effendi Simbolon?
Tanggapan Juru Bicara PDIP
Menanggapi pertanyaan tersebut, Juru Bicara PDIP memberikan jawaban sebagai berikut.
“Tidak semua proses, tidak semua keputusan partai menjadi partai publik, begitulah adanya,” demikian tanggapan Juru Bicara PDIP Chico Hakim saat ditanya wartawan mengenai situasi terkini Jokowi di PDIP, dilansir Kompas.TV, Senin (2/2/2021). 12/2024).
Chico Hakim menegaskan satu hal, yakni tidak mungkin seorang kader melakukan hal yang tidak sesuai dengan aturan partai.
Kita lihat apa yang terjadi sekarang, saya kira kalau ada hubungan antara kader dan partai, tidak seperti itu, kata Chico Hakim.
FYI, hubungan PDIP dan Joko Widodo tak harmonis lagi saat Jokowi memutuskan posisi politiknya berbeda di Pilpres 2024.
PDIP saat itu mengusung pasangan Ganjar Pranowo dan Mahfud MD sebagai calon pada Pilpres 2024.
Sedangkan Jokowi mendukung Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.
Perbedaan perilaku ini juga mempengaruhi posisi politik Jokowi di Pilkada 2024.
Jokowi mendukung dua calon berbeda dari PDIP, seperti di Jawa Tengah dan Jakarta.
Mengapa PDIP memecat Effendi Simbolon?
DPP PDIP mengungkap alasan partainya memecat kader senior kubu partai, Effendi Simbolon.
Juru Bicara DPP PDIP Aryo Seno Bagaskoro mengatakan Effendi dipecat karena melanggar aturan dan ketentuan PDIP.
“Dalam hal ini kalau bicara, adakan pertemuan. Harus berdasarkan ide dan prinsip,” kata Aryo Seno Bagaskoro, saat jumpa pers di Kantor DPP PDIP, Jakarta, Minggu (1/12/2024).
Aryo Seno Bagaskoro melanjutkan, “Dalam kasus Pak Effendi Simbolon, partai tidak kehilangan integritas dalam hal prinsip.
Masalah tersebut berhasil diatasi Effendi dan akhirnya terselesaikan, kata Seno, karena telah bertemu dan berbincang dengan Presiden ketujuh RI, Joko Widodo (Jokowi).
Ia mengatakan, perilaku Effendi Simbolon dalam berkomunikasi dengan Jokowi berbeda dengan cara ia berkomunikasi dengan orang lain.
Nah, Pak Effendi Simbolon bertemu dan berbicara dengan Pak Jokowi. Ini lain persoalan dengan politisi lain, tapi ini pertemuan dengan Pak Jokowi, kata Aryo Seno Bagaskoro.
Pada akhirnya, kata Seno, pertemuan ini mendorong Effendi mengambil jalan politik dan justru meninggalkan nasehat partai.
Dalam kasus ini, Effendi diketahui berada di kubu pendukung Ridwan Kamil-Suswono di Pilkada Jakarta, meski PDIP mendukung Pramono Anung-Rano Karno.
Aryo Seno Bagaskoro mengatakan, “Sebelum mengadopsi sistem politik yang berbeda dari usulan partai yang sama.”
Aryo Seno Bagaskoro lantas menjelaskan mengapa pertemuannya dengan Jokowi menjadi alasan besar pemecatan Effendi.
Ia mengatakan, nomornya Jokowi telah menimbulkan masalah bahkan dosa dalam politik Tanah Air belakangan ini.
Jadi kalau bicara Pak Jokowi, ada berbagai persoalan dan dosa politik yang dilakukan setidaknya dalam beberapa saat terakhir, ujarnya.
Menurut Aryo Seno Bagaskoro, tindakan dan tingkah laku presiden ketujuh RI ini menjadi perbincangan di kalangan masyarakat bahkan generasi muda.
Pasalnya, menurut dia, tindakan Jokowi telah merusak masa depan politik Indonesia dan menggerogoti fondasi demokrasi di Tanah Air.
Oleh karena itu, ketika Pak Effendi Simbolon melakukan suatu langkah politik termasuk berunding dengan Pak Jokowi, itu adalah sesuatu yang tidak bisa dipatahkan, yang tidak akan diterima oleh pihak yang sama, katanya.
Mendengar ucapan Aryo Seno Bagaskoro, Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto berseloroh, sejatinya kader PDIP mana pun, termasuk Effendi Simbolon, bisa bertemu dengan orang lain kalau bukan Jokowi.
Termasuk kata Hasto, melakukan pertemuan dengan Ketua Umum DPP Partai Gerindra dan Presiden RI Prabowo Subianto.
Jadi yang saya sampaikan Seno, kalau ketemu Pak Prabowo bagus, kira-kira begitu, ujarnya.
Sebelumnya, kabar mundurnya Effendi Simbolon dibenarkan Ketua Bidang Ideologi dan Kaderisasi DPP PDIP, Djarot Saiful Hidayat.
– Benar, tersangka dikeluarkan dari partai, kata Djarot.
Djarot menjelaskan, Effendi Simbolon menunjukkan kegagalan etika karena mendukung dua calon gubernur dan wakil gubernur Jakarta, Ridwan Kamil-Suswono.
Padahal, kata dia, PDIP mendukung pasangan Pramono Anung – Rano Karno alias Si Doel di Pilkada Jakarta.
Korban melanggar kode etik, disiplin, dan AD/ART, kata mantan anggota DPR RI itu.
PDIP mengeluarkan surat pemberhentian terhadap Effendi Simbolon pada Kamis 28 November 2024.
Surat tersebut ditandatangani oleh Dirut PDIP Megawati Soekarnoputri dan Sekjen Hasto Kristiyanto. (Jaringan Tribun/Malau)