geosurvey.co.id, JAKARTA – Pengamat politik Ray Rangkuti de Lima (Lingkaran Sipil) mengkritik susunan kabinet calon presiden dan wakil presiden calon Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
Perdana Menteri Prabowo Subianto bersama Gibran memanggil 107 orang untuk menunjuk calon menteri, wakil menteri (wamen), dan kepala lembaga ke dalam kabinet.
Tokoh-tokoh tersebut dipanggil menemui Prabowo di kediamannya di Jalan Kertanegara, Batavia pada 14 Oktober 2024. Untuk menguraikannya, Senin (14 Oktober 2024) Prabowo memanggil sebanyak 49 calon menteri ke kediamannya di Kertanegara. .
Ray Rangkuti menyoroti 15 menteri kabinet Jokowi yang masih mengacu pada Prabowo.
“Saya membaca secara tertulis bahwa ini bukan peti Jaqen, tapi katanya ini peti lain.”
“Saya kira ada 15 orang yang menggunakan teknik ini,” kata Ray Rangkuti saat berbicara dengan Direktur Berita Tribun Network Febby Mahendra Putra dalam acara “Ngabrol Bareng Cak Febby (Ngocak)”. ‘ Rabu (16/10/2024).
Bagi Ray Langkuthi, melihat kemunculan 15 menteri di era Jokowi, sulit mengatakan Jokowi lalai dalam menyiapkan kabinet Prabowo-Gibran.
Apalagi, kata dia, 15 menteri yang kembali masuk kabinet Prabowo diketahui relatif dekat dengan Joko Widodo.
“Menteri PPUPR menurut saya adalah orang yang jauh lebih fenomenal dibandingkan yang lain. Padahal, bukan Pak Prabowo yang mencapai hal seperti itu,” jelasnya.
“Dan seperti kita ketahui, Pak Pratikno (Mensesneg-red) adalah orang yang dekat dengan Pak Jokowi. Jadi saya simpulkan, 15 mantan anggota kabinet Pak Jokowi itu akan dipisahkan dari Pak Prabowo. “Tidak mungkin karena pengaruh Pak Joko Widodi terhadap Pak Prabowo.”
Ia juga menegaskan, kabinet Prabowo-Gibran didominasi oleh partai politik.
Ray Rangkuti mencatat, setidaknya 70% komposisi kabinet Prabowo-Gibran berasal dari partai politik.
Ia mengatakan, kabinet yang didominasi oleh perwakilan partai politik ini tidak bisa disebut kabinet Jaqen. “Kalau sudah mencapai 70%, berarti lebih dari separuh anggota kabinet ini adalah kabinet partai. Oleh karena itu, tidak tepat jika dikatakan kabinet Jaqen. Kenapa?”
“Karena itu tandanya lemari Jaqen jauh dari parpol. Padahal, hampir 70% anggota kabinet yang diusung Pak Prabowo adalah orang-orang yang mewakili kita atau mewakili partai politik,” jelasnya.
Belum yakin PDIP akan masuk kabinet
Ray Rangkuti menilai Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri tak ambil pusing masuk ke kabinet Prabowo-Gibran.
“Saya sudah sering bilang, saya tidak yakin Bu Mega akan tertarik dengan masa depan kabinet Prabowo selama dia memutuskan di sana,” ujarnya.
Ray Rangkuti mengatakan, tidak ada kader PDIP yang dipanggil berkumpul di Kertanegara dan Hambalang.
“Jika Ibu Mega masih memegang kekuasaan, kita prediksi Ibu Mega akan menduduki kursi oposisi,” ujarnya.
Terkait maksud pertemuan Prabowo dan Megawati pada Kamis (17 Oktober 2024), Ray Rangkuti menegaskan agenda tersebut penting.
“Kedua tokoh ini bersatu karena secara simbolis penting bagi negara dan negara,” ujarnya.
Rupanya, Megawati ingin menegaskan dalam pertemuan dengan Prabowo bahwa PDIP tidak punya masalah dengan presiden terpilih tersebut.
“Secara simbolis PDI Perjuangan menegaskan tidak ada masalah dengan Pak Prabowo. Mereka hanya bermasalah dengan Pak Jokowi,” ujarnya.
Ray Rangkuti pun menilai rapat kabinet tidak akan mengubah susunan pasangan Prabowo-Gibran.
“Saya tidak tahu apakah Mega akan berubah pikiran menjadi bagian dari kabinet Prabowo,” ujarnya.(*)
Saksikan kisah lengkapnya hanya di YouTube Tribunnews!