Laporan wartawan geosurvey.co.id, Aisyah Nursyamsi
geosurvey.co.id, JAKARTA – Wabah virus mematikan kembali muncul di Rwanda, Afrika.
Setidaknya ada 26 kasus terkonfirmasi dan enam kematian di Rwanda akibat virus Marburg.
Menteri Kesehatan Rwanda, Sabin Nsanzimana, mengatakan sebagian besar korban adalah staf medis yang berada di perawatan intensif.
Lantas ada kemungkinan virus Marburg masuk ke Indonesia?
Menurut ahli epidemiologi dari Griffith University di Australia, kemungkinan tersebut masih ada.
“Bolehkah (masuk) Indonesia? Bisa saja,” ujarnya kepada Tribunnews, Senin (30/9/2024).
Maka menurut Dicky, pemerintah harus melakukan beberapa upaya untuk mencegah masuknya virus Marburg ke Indonesia.
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah pemeliharaan dan konfirmasi titik masuk negara tersebut. Seperti pelabuhan dan bandara.
Perawatan dijamin untuk pendatang baru dari luar negeri.
Apalagi jika seseorang baru saja bepergian ke negara yang sedang dilanda wabah Marburg.
Kedua, diperlukan alat pendeteksi panas atau teknologi infra merah untuk mendeteksi suhu tubuh dari jarak jauh di setiap pintu tanah air.
Menurut Dicky, harusnya ada pemanasnya.
Ketiga, orang yang menunjukkan gejala infeksi atau baru saja bepergian ke negara lain yang terkena epidemi harus melakukan isolasi mandiri.
Keempat, pemerintah harus menciptakan sistem peringatan dini.
Setidaknya, kata Dicky, setiap jejaring sosial harus memiliki sistem pemantauan untuk deteksi dini.
“Ini benar-benar dikembangkan dan ini pekerjaan sekolah. Kita berharap pemerintahan Prabowo memahami lubang terbesar kita, yaitu kemampuan mengenali,” lanjutnya.
Kelima, Indonesia perlu meningkatkan kapasitas laboratorium untuk mendeteksi virus Marburg.
Lebih lanjut Dicky mengungkapkan, literasi masyarakat juga penting untuk memajukan masyarakat Indonesia.
Agar masyarakat mengetahui gejala, cara penularan dan bahaya virus Marburg.
Terakhir, dia berpesan kepada masyarakat untuk tetap waspada.
Ikuti informasi resmi dari pemerintah atau media terpercaya.
Jangan lupa untuk mengembangkan kebiasaan hidup bersih (PHBS).
“Ada masyarakat yang bepergian khususnya ke Afrika atau ada yang mengalami gejala, wajib lapor. Kemudian hindari kontak dengan kelelawar buah atau hewan liar lainnya yang bisa menularkan penyakit,” kata Dicky.