Pengadilan, Jakarta – Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmin), Haq, membuka pelatihan tentang manajemen dan menanamkan nilai -nilai kemanusiaan, kebangsaan dan kemuhammadiyhan untuk siswa yang telah melewati berbagai Muhammadiah dan Aisyiah (PTMA).
Kegiatan ini diselenggarakan oleh PP Muhammadiyah PP Strategic and Partnership Studies (LKKS) di BPMP Bali, Selasa (14/01/2025).
Fajar menekankan bahwa peristiwa ini bukan hanya historis untuk Muhammadiah dan Indonesia, karena pertama kali diorganisir, tetapi juga di Bali, yang kaya akan makna untuk akar budaya dan keragaman.
“Muhammadiah dan kampus bekerja sebagai katalis dan tempat pertemuan dalam persaudaraan wajib melalui pendidikan untuk semua,” kata Fajar.
Fajar menjelaskan bahwa menjadi bagian dari Muhammadiah bukan hanya masalah ideologi, tetapi identitas sosial yang terkait dengan Indonesia.
“Siswa Muhammadiyah dari lingkungan yang berbeda telah menjadi karakter nasional dan lokal.”
“Saya berharap bahwa peserta dapat menjadi duta toleransi, untuk menerima perbedaan bagi orang Indonesia dan kemanusiaan,” tambahnya.
Muhammadiyah, kata Fajar, bukanlah “organisasi lipstik” yang mewakili Gimika, tetapi “garam organisasi”, yang berarti tidak terlihat tetapi terasa.
Fajar diingat, kerja sama kemanusiaan adalah wajib. Dan mempelajari berbagai kepercayaan adalah pengetahuan, jadi empati akan muncul, pengetahuan minimal akan menjadi benih konflik.
“Pertemuan ini menjadi ruang untuk pengetahuan dan dialog, dan titik pertemuan bahwa Muhammadiah hadir untuk semua karena negara hadir untuk memberikan pendidikan bagi semua,” jelas Fajar.
Kegiatan ini disebut MY-ILP 2025 (Interffaith Kepemimpinan Pemuda Muhammadiyah).
Selain Wamendikdasmas Fajar Riza Haq, ia hadir dalam kegiatan ini oleh Sekretaris LKKS, Dani Setiawan, Dewan Pendidikan Tinggi PPM Litbang, Prof. Ahmad Muttaqin dan Ketum DPP IMM Riyan Betra Delza.
Pembicara yang berpartisipasi dalam Pastor Frank Kristi Adi Pigstya (dari KWI), Rev. Darwin Darmawan (Sekretaris Jenderal IPG), Prof.