geosurvey.co.id, JAKARTA – Kepala Badan Gizi Nasional Profesor Dadan Hindana mengatakan, jika anggaran Badan Gizi Nasional sebesar Rp 400 triliun disetujui sepenuhnya, maka anggaran tersebut akan dialokasikan untuk pembelian produk pertanian agar nutrisi gratis dapat memenuhi kebutuhan pangan. kebutuhan (MBG) Rp 800 miliar per hari.
Sebanyak 82,9 juta penerima manfaat menjadi sasarannya.
Pernyataan tersebut didukung penuh oleh CPD Pemuda Petani Indonesia yang diwakili oleh Wakil Sekretaris Jenderal Ananda Bahri Prayodha, MC.
Ia mengatakan informasi ini harus dikomunikasikan kepada para petani dan peternak di seluruh semenanjung, terutama kepada generasi muda.
Sebab, program MBG memberikan peluang besar untuk menyasar koperasi dan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) sebagai pemasok utama produk pertanian dan peternakan antara lain beras, sayur mayur, ayam, telur, dan susu.
“Sehingga akan berdampak besar pada sistem tata niaga pertanian pedesaan yang saat ini akses pasar konsumen langsung sangat minim,” ujarnya, Kamis (10/10/2024).
Program Pangan Gratis Gizi (MBG) bukan sekedar investasi sumber daya manusia yang membebaskan dari kelaparan dan melahirkan generasi emas yang mampu berdaya saing global pada tahun 2045.
Namun hal ini juga menjadi stimulus bagi masyarakat pedesaan pesisir, khususnya generasi muda, untuk lebih semangat bertani dan beternak dengan indikator pasar dan kepastian harga, sehingga akan mendorong pemulihan petani, tambahnya.
Berdasarkan statistik Sensus Pertanian 2023 (ST2023) yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS), mayoritas petani Indonesia berusia di atas 55 tahun, artinya Generasi X (gen X) menguasai 42,39 persen pertanian kita. .
Ben White dalam artikelnya “Agriculture and the Generation Problem: Rural Youth, Employment and the Future of Farming” (2012) telah membahas isu rehabilitasi pedesaan sebagai tantangan utama masa depan pertanian.
Banyak generasi muda pedesaan yang beralih dari sektor pertanian karena tidak menguntungkan dan tidak menarik, kata White.
Selain itu, kurangnya akses terhadap lahan, modal dan pelatihan pertanian membuat generasi muda merasa terpinggirkan di sektor ini.
Menurut Gwyn, permasalahan ini merupakan “masalah generasi”, dimana reproduksi petani menjadi sulit akibat perubahan sosial, ekonomi dan ekspektasi generasi muda. Permasalahan ini berdampak pada keberlanjutan pertanian karena tanpa akses pemuda terhadap sektor pertanian, maka akan sulit mempertahankan produksi pangan berkelanjutan di masa depan, tambahnya.
“Situasi sosial ini disebabkan karena generasi muda lebih memilih merantau ke perkotaan untuk bekerja di sektor formal dan informal karena mereka percaya bahwa kehidupan yang memuaskan hanya bisa dicapai jika mereka bekerja di perkotaan. Pendapatan, akses lebih baik, dan kewirausahaan lebih tinggi “Perekonomian terjadi di perkotaan, bukan di desa pesisir,” kata Ananda yang juga Sekretaris Jenderal Relawan Alumni Pertanian Indonesia 02 (API 02).
Program ini berpotensi menjawab tantangan rehabilitasi pedesaan dan menciptakan efek multiplier untuk mengatasi kesenjangan sosial, menciptakan lapangan kerja, mengurangi kepadatan penduduk di perkotaan, dan mengembangkan sektor pertanian dan pedesaan pesisir.
“Dengan menciptakan program yang dapat merangsang rehabilitasi petani yang ingin kembali ke sektor pertanian dan peternakan dengan memberikan fasilitas pendukung program, akses permodalan, dukungan kelembagaan, asuransi dan jaminan harga,” ujarnya.
Oleh karena itu, menurutnya, pemerintah sebaiknya melakukan kajian untuk merumuskan langkah-langkah strategis guna mendorong pemulihan petani berkelanjutan dengan melakukan beberapa langkah.
Yaitu yang pertama adalah respon terhadap “masalah umum” pembentukan kelompok tani muda dan koperasi pemuda di tingkat desa pesisir untuk mendorong generasi muda berperan aktif dan berperan dalam pembentukan pembangunan pedesaan pesisir. Seperti yang dijelaskan Gwyn di atas.
“Perlu diketahui bahwa kelompok tani (Poktan), Kelompok Tani Terpadu (Gapoktan) dan kelompok wanita tani (Gharbal) saat ini diisi oleh generasi baby boomer dan Generasi Shan (IoT),” ujarnya.
Oleh karena itu, pemerintah harus mengambil langkah serius untuk mengembangkan peluang tersebut dengan mendorong kebebasan di desa-desa pesisir untuk mengatasi kesenjangan sosial antara desa dan kota serta memberikan ruang seluas-luasnya bagi generasi muda untuk menyampaikan aspirasinya.
Kedua, Ananda menegaskan tren ini akan berhasil dan berkelanjutan jika dilakukan di semua kementerian, antara lain Badan Gizi Nasional, Kementerian Keuangan, Kementerian Pertanian, Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal, PDTT, Kementerian Koperasi. Sebagai lembaga penyalur program yang mendorong produktivitas generasi muda dan partisipasi organisasi, Kementerian ATR/BPN dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebagai lembaga yang memberikan pengawasan hukum terhadap penggunaan lahan remaja dan redistribusi lahan menyediakan bantuan bagi mereka yang mempunyai permasalahan serius. Kepemilikan tanah bersama perbankan dan LSM sebagai sumber akses permodalan dengan tingkat bunga serendah 4%.
Ketiga, lanjutnya, jika diperlukan koordinasi dan koordinasi program lintas kementerian dan lembaga, maka sebaiknya pemerintahan Prabowo-Jibran membentuk Menteri Koordinator Pangan yang bertugas memastikan pangan dan seluruh program pemerintah di bidang gizi tidak tumpang tindih. , tepat sasaran dan dapat dirasakan dengan baik.
Magister Sosiologi Pedesaan IPB University ini juga mengatakan, program ini harus menjadi insentif bagi generasi muda yang ingin kembali ke desa setelah menyelesaikan pendidikannya dan tidak lagi memilih untuk tinggal atau merantau ke perkotaan.
“Hal ini tentu menjadi tantangan bagi pemerintahan Prabowo-Jabran yang akan dilantik 10 hari ke depan, jika melibatkan seluruh pemangku kepentingan baik peneliti, akademisi, asosiasi petani dan nelayan, jika memungkinkan maka akan terjadi tren perpecahan. perubahan perilaku di masa depan bagi generasi muda untuk kembali ke pedesaan untuk mengembangkan kawasan pedesaan pesisir dan membawa kemakmuran dan pemerataan ekonomi bagi masyarakat pedesaan dan pesisir,” ujarnya.