Wartawan TribuneNews24.com Ayesha Nursamsi melaporkan
geosurvey.co.id, JAKARTA- Belakangan ini muncul tren baru di media sosial dan komunitas online, seperti “lakukan perawatan kulit sendiri” berupa konten tutorial meracik kosmetik sendiri dari beauty influencer.
Menurut Direktur Pemberdayaan Masyarakat dan Pelaku Usaha Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, dan Kosmetik Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Nurvika Vidyaningram, hal tersebut perlu diwaspadai.
Menurutnya, masyarakat harus berhati-hati dan bijak dalam menggunakan kosmetik sesuai formulasi, pengaplikasian, dan cara penggunaannya.
“Jangan meracik kosmetik sendiri tanpa keahlian yang memadai atau hanya percaya dan mempraktikkan konten yang viral,” kata Nurvika dalam webinar bahaya tersembunyi dari pencampuran sendiri yang diselenggarakan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pada Selasa (24). /9/2024).
Nurvika menyebutkan setidaknya 4 bahaya lagi jika mencampurkan perawatan kulit sendiri.
Pertama, rentan terhadap kontaminasi mikroba seperti bakteri, jamur dan lain-lain.
Kedua, reaksi alergi dan iritasi kulit yang parah.
Ketiga, ketidakcocokan bahan aktif dapat menyebabkan reaksi merugikan pada kulit.
Keempat, kosmetik racikan tidak diuji di laboratorium untuk memastikan stabilitas, keamanan dan kemanjurannya.
Meramu sendiri skin care sedang menjadi tren di kalangan remaja.
Hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor seperti pengaruh media sosial dan keinginan untuk mendapatkan hasil yang instan.
Alih-alih ingin tampil cantik, perilaku ini justru membahayakan kesehatan kulit.
Pembicara webinar, dokter kulit Fitria Agustina, mengingatkan bahwa formulasi perawatan kulit yang tidak memenuhi syarat menimbulkan risiko efek samping serius dan kerusakan kulit jangka panjang.
Ia menjelaskan, penggunaan perawatan kulit majemuk dapat memicu berbagai masalah kulit yang serius seperti iritasi dan hiperpigmentasi.
Untuk itu, menurutnya, sebaiknya jangan mencampurkan perawatan kulit dengan sediaan baru.
Stabilitas dan konsentrasi bahan aktif pada perawatan kulit kombinasi dapat memberikan reaksi negatif pada kulit.
“Efek sampingnya bisa kulit merah, kering atau sensitif, iritasi dan kadang karena reaksi inflamasi, efek akhirnya hiperpigmentasi. Padahal, kulit yang tadinya cerah berubah menjadi flek hitam,” jelas Fitria.
Senada dengan itu, Mayagustina Andarini, kepala ahli farmasi dan pemeriksaan makanan, mengatakan rumitnya perawatan kulit membutuhkan pengalaman dan keahlian.
Jika diperjualbelikan perawatan kulit majemuk melanggar aturan karena kosmetik yang diedarkan harus memiliki izin edar/pemberitahuan dari BPOM.
“Apakah semua orang sudah menjadi ahli? Akan sangat membantu jika semua orang menjadi ahli, tapi kami mencari jalan pintas untuk menjual dengan mudah. ”Kalau tidak dijual, risikonya ditanggung sendiri, tapi kalau jadi, risikonya ditanggung sendiri. melanggar aturan,” kata Maya.
Apoteker Rahmat Hidayat Syah juga mengungkapkan bahayanya mencampurkan skin care sendiri yang dapat menyebabkan kerusakan atau iritasi pada kulit.
Jika bahan yang digunakan tidak seimbang maka dapat merugikan penggunanya.
Misalnya, penggunaan bahan aktif yang bersifat asam (asam salisilat, asam glikolat) terlalu banyak akan menyebabkan iritasi kulit, kemerahan, dan jerawat, tambah Rahmat.